Suatu karya desain dan seni tidak lepas dari adanya nilai estetis
(keindahan), namun indah atau tidaknya karya desain dan seni tersebut
tergantung pula pada persepsi masing-masing indiv idu yang melihatnya. Ada yang
menganggap keteratu ran dan simpel itu adalah karya seni yang indah, namun ada
pula yang beranggapan sebaliknya ketidakberaturan dan kerumitan merupakan suatu
bagian dari karya seni yang memiliki nilai estetis, dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan dan perubahan jaman, karya desain dan seni yang
dihasilkan pun semakin beraneka ragam. Jika karya desain dan seni era
modernismcenderung dibuat agar bermakna tunggal, lain halnya dengan makna
postmodernismyang cenderung majemuk (polysemy),makna alternatif dan metafora
muncul kembali dengan kajian semiotika untuk ‘menafsirkan’ seni agar mengakomodir
nilai-nilai kemanusiaan (keberbedaan yang melekat dalam diri manusia). Hal ini
dapat tercemin dari beberapa bahasa estetik postmodernismyang cenderung
anti-estetik pada desainnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:(Jurnal Seni Rupa
– ITB)
a)
Eklektisme
Merupakan sebuah kecenderungan dalam sastra, seni, desain dan
arsitektur, berupa penggabungan sebuah gaya/ kode dengan gaya dan kode-kode
lain yang berlainan sama sekali karakternya. Dapat dikatakan juga upaya atau
pemikiran untuk menggabungkan nilai dan unsur lama dengan unsur baru,
tradisional dengan modern. Eklektik Eropa adalah mengangkat kembali gaya klasik
Y unani, untuk Indone sia dapat berarti mengangkat dan memadukan unsur
tradisional Jawa, Sumatera, Bali, dan lain-lain.
b)
Dekonstruksi
Modernismpercaya pada susunan yang teratur dan rapi, formalitas
yang rasional, sedangkan postmodernmenolak semua itu dengan memunculkan konsep
dekonstruksi (ketidakberaturan/ berantakan, berkesan non formal, main-main).
c)
Pastiche
Merupakan karya sastra atau seni yang disusun dari elemen-elemen
yang dipinjam dari satu atau berbagai sumber (seniman, gaya, idiom, kebudayaan)
di masa lalu. Sebagai karya yang mengandung unsur-unsur pinjaman,
pastichemempunyai konotasi negatif sebagai miskin orisinalitas.
Pastichemerupakan satu bentukimitasi yang tanpa beban dan kritik. Pastiche
mengimitasi karya masa lalu dalam rangka menghargai dan mengapresiasinya.
Pasticheadalah perang menantang kemajuan dan sejarah, sebab sejarah tidak dapat
diulangi – sejarah harus dibuat. Pastiche juga dikatakan sebagai penggunaan
topeng bahasa – pengungkapan dengan bahasa yang telah mati.
d)
Parodi
Parodi adalah sebuah komposisi satra atau seni yang di dalamnya
gagasan, gaya atau ungkapan khas seorang seniman dipermainkan sedemikian rupa,
sehingga membuatnya tampak absurd. Efek-efek kelucuan atau absurditas biasanya
dihasilkan dari distorsi atau ‘plesetan’ ungkapan yang ada. Meskipun parodi
adalah satu bentuk imitasi, akan tetapi imitasi yang ditandai oleh
kecenderungan ironik (mengejek). Parodi merupakan penggunaan kembali karya masa
lalu yang dimuati dengan ‘ruang kritik’, yang menekankan perbedaan daripada
persamaan. Titik awal parodi bukanlah penghargaan, akan tetapi kritik,
sindiran, kecaman, sebagai ungkapan rasa tidak puas atau sekedar menggali rasa humor
dari karya rujukan yang bersifat serius.
e)
Kitsch
Kitsch berasal dari bahasa Jerman verkitschen(membuat murahan) dan
Kitschen yang berarti secara literal ‘memungut sampah dari jalan’. Oleh sebab
itu, istilah kitsch sering ditafsirkan sebagai sampah artistik, atau selera
rendah (bad taste). Di dalam The Concise Oxford Dictionary of Literary Term,
kitschdidefinisikan sebagai ‘segala jenis seni palsu (pseudoart) yang murahan
dan tanpa selera’. Kitschdikatakan sebagai ‘selera rendah’ disebabkan karena
rendahnya kriteria/ nilai estetik yang dimilikinya, meskipun kriteria ini
berbeda dari satu jaman dan tempat ke jaman dan tempat lainnya.
f)
Camp
Komposisi dalam sebuah karya sastra, seni, atau desain, yang
dicirikan oleh sifat estetisasi, pengindahan, atau penggayaan yang sangat
berlebihan, distortif, artifisial, dan teatrikal. Campsering menekankan
dekorasi, tekstur, permukaan sensual, dan gaya, dengan mengorbankan isi.
Campanti antagonisme seksual: maskulin/fe minin (tanpa identitas seks). Campadalah satu bentuk dandyisme, dan
karenanya menjunjung tinggi ke’vulgar’an.
g)
Schizophrenia
(Skizofrenia)
M erupakan sebuah istilah
psikoanalisis, yang pada aw alnya digunakan untuk menjelaskan fenomena
psikis dalam diri manusia. Akan tetapi, kini (terutama dalam diskursus
intelektual di B arat) istilah ini digunakan secara metaforik untuk menjelaskan
fenomena yang lebih luas, termasuk diantaranya fenomena bahasa (L acan),
fenomena sosial ekonomi, social politik (Deleuze & Guattari), dan fenomena
estetik (Jameson). Secara singkat dapat dikatakan bahw a skiz ofrenia adalah
kekacauan struktur bahasa (dan psikis), yakni putusnya rantai pertandaan, di
mana penanda (bentuk) tidak dikaitkan dengan satu petanda (makna) dengan cara
yang pasti, sehingga menimbulkan kesimpangsiuran makna.
0 coment�rios: